
ERR Banten— Mengingat daerah Sumberjaya masuk kedalam kawasan zona merah rawan bencana karena posisinya berada persis di pesisir pantai Selat Sunda, maka kesadaran akan kesigapsiagaan dan mitigasi bencana sangat penting untuk diperhatikan.
Oleh karena itu, komunitas binaan PATTIRO Banten bersama YAPPIKA-ActionAid mengadakan pertemuan dengan pemerintah desa guna menindaklanjuti program kesiapsiagaan dan mitigasi bencana di desa tersebut.
Dalam pertemuan yang diselenggarakan di Balai Desa Sumberjaya dan dihadiri langsung oleh kepala desa Sumberjaya, membahas terkait upaya mitigasi kebencanaan. Dalam pemaparannya, Taufiq Solehudin yang merupakan community organizer (CO) dalam program ERR Banten menjelaskan bahwa desa Sumberjaya masuk ke dalam kawasan zona merah rawan bencana, karena lokasinya berada persis di pesisir pantai Selat Sunda.
Kemudian berdasarkan hasil penggalian potensi masalah bersama komunitas binaan yang dilaksanakan pada beberapa hari yang lalu menunjukkan bahwa desa Sumberjaya belum tersediannya rambu kebencanaan dan jalur evakuasi yang memadai, sehingga hal tersebut dinilai akan menyulitkan bagi warga sekitar terutama para wisatawan yang berkunjung ke Sumberjaya untuk mengevakuasi diri jika sewaktu-waktu bencana kembali terjadi.
“Berdasarkan hasil penggalian potensi masalah yang dilakukan bersama komunitas binaan, diperoleh hasil bahwa desa Sumberjaya belum memiliki jalur evakuasi yang memadai dan sesuai dengan standar yang berlaku. Dan hal ini bisa dibuktikan pada kejadian tsunami yang terjadi pada 2018 silam.
Pada waktu itu, banyak dari warga sekitar merasa kesulitan untuk mengevakuasi diri dari bencana tersebut, karena jalan yang berbatu serta tidak adanya penerangan, dinilai menyulitkan mereka,” terangnya dalam pertemuan tersebut pada Senin (13/7).
Keterangan tersebut turut diperkuat oleh penyampaian aspirasi oleh salah seorang anggota komunitas binaan huntara Sumberjaya.
Salkah, menjelaskan bahwasannya jalur yang ada belum bisa dinilai memadai, sebab jalannya setapak dan masih bebatuan sehingga menyulitkan mereka yang hendak untuk mengevakuasi diri. Selain itu, ditambah dengan tidak adanya rambu penunjuk jalur evakuasi dinilai menyulitkan para pendatang untuk mengevakuasi kan diri.
“Di Sumberjaya sebenarnya sudah ada jalurnya, hanya saja jalannya masih belum rata dan bebatuan. Waktu itu saja (kejadian tsunami), banyak warga yang terpeleset hingga terkilir karena jalannya setapak dan bebatuan. Ditambah jalannya gelap ngelewatin perkebunan,” ujarnya di hadapan pemerintah desa.
Lanjutnya, selain masalah jalur evakuasi dan rambu kebencanaan hal lain yang perlu diperhatikan ialah terkait dengan relokasi sekolah.
Jumanah salah seorang anggota lainnya yang turut hadir dalam pertemuan tersebut menyampaikan bahwa SD Negeri Sumberjaya lokasinya berada persis di dalam kawasan zona merah rawan bencana. Sehingga, demi kenyamanan murid dan guru, serta orang tua di rumah alangkah baiknya masalah tersebut turut diperhatikan juga.
“SD Sumberjaya 1 kan lokasinya persis di depan pantai. Supaya anak nyaman, orang tua juga gak was-was sebaiknya dicarikan jalan keluarnya. Harusnya mah dipindahkan sekolahnya,” ujarnya dalam pertemuan tersebut.
Selain membahas terkait kesigap-siagaan dan mitigasi bencana, dalam pertemuan tersebut pun juga turut dibahas mengenai upaya pemulihan perekonomian masyarakat penyintas pasca tsunami.
Terkait masalah pemulihan perekonomian pasca tsunami, komunitas menyampaikan aspirasi berupa kerjasama usaha antara komunitas dengan pemerintah desa lewat BUMDes.
Sebab mereka merasa dengan begitu usaha yang mereka jalani dapat berkembang jika bermitra dengan BUMDes. Sebab BUMDes dapat memberikan bantuan berupa pelatihan serta permodalan dan timbal baliknya pun juga berdampak positif bagi BUMDes.
“Dalam menjalankan usaha, kami menemui kendala terkait pemasaran dan juga masalah bimbingan. Supaya usaha ini bisa terus berjalan walau PATTIRO dan juga YAPPIKA-ActionAid ini sudah tidak disini lagi, makanya kami memohon untuk diberi bantuan pemasaran yang jauh lebih luas dan juga bimbingan oleh lurah dan juga BUMDes,” ujar Salkah dalam pertemuan tersebut.
Menanggapi usulan dari komunitas terkait upaya pemulihan perekonomian pasca tsunami dan kerjasama sama usaha antara komunitas dengan BUMDes, Halili selaku pengelola BUMDes menyampaikan bahwasannya BUMDes sudah merencanakan terkait program pemulihan perekonomian pasca tsunami dengan melibatkan UMKM yang ada termasuk juga komunitas selaku pelaku usaha mikro yang ada di desa Sumberjaya.
Rencananya BUMDes akan membangun galeri pemasaran produk yang kemudian nantinya para pelaku usaha mikro dapat terlibat di dalamnya untuk memasarkan produk hasil usahanya.
“Dari BUMDes sendiri sebenarnya sudah punya program, jadi bagaimana caranya sih hasil produk ibu-ibu komunitas perempuan tangguh dapat ditampung dan terus berjalan. Jangan setelah semuanya mahal-mahal dari PATTIRO membina, melatih, hilang begitu saja. Karena seharusnya BUMDes yang punya kewajiban dalam produksinya maupun pemasarannya.
Intinya cuman satu, yaitu pemasaran. Jangan sampai nanti kita sudah bikin, tapi gak ada yang memasarkan. Jadi mengenai masalah itu, rencananya nanti saya mau buat warung BUMDes, nanti dari produk hasil ibu-ibu bisa dipajang disana,” ujarnya dalam pertemuan tersebut.
Menanggapi terkait upaya mitigasi bencana, Siti Wahyuni selaku Kepala Desa Sumberjaya menjelaskan bahwa sebenarnya di desa Sumberjaya pernah terpasang rambu bencana dan evakuasi dari BPBD Pandeglang dan instansi lain hanya dalam hal pemeliharaannya belum maksimal.
“Rambu jalur evakuasi sebelum tsunami sudah dipasang oleh BPBD dan BNPB, sudah dipasang tiap jalur. Cuman masyarakat, kalau sudah jatuh (plang rambu) tidak mau mendirikan kembali, kalau sudah jatuh ya sudah. Jadi, kalau mau dipasang lagi, bisa konsultasi ke RT dan RW nya. Nanti bisa disampaikan aspirasi ibu-ibu sekalian lewat RT dan RW nya pada saat rapat bersama desa,” katanya.
Lalu selain masalah pengadaan rambu evakuasi, dirinya pun juga turut menanggapi terkait masalah jalur evakuasi yang ada di Sumberjaya yang dinilai oleh masyarakat belum memadai dan sesuai dengan standar yang berlaku.
Dalam penyampaiannya dirinya menjelaskan, pemerintah desa sebenarnya telah melakukan perencanaan dan pengalokasian anggaran terkait dengan pembangunan jalur evakuasi, hanya saja untuk saat ini alokasi yang ada turut terimbas oleh wabah pandemi yang saat ini tengah terjadi. Sehingga alokasi anggaran yang sudah disediakan kini dialihkan untuk penanganan wabah Covid-19.
“Untuk jalur evakuasi yang di kebun, rencananya awal tahun 2020 di tahap kedua dibangun, kan ada Corona, uang yang ada hampir 166 juta dibagikan ke BLT Dana Desa. Nah tidak ada pembangunan sekarang. Jadi seharusnya akhir 2020 tahap kedua itu habis, sampai ke huntara,” ujarnya.
Terkait masalah relokasi sekolah yang ada di Sumberjaya, Program Officer Program ERR Banten Titin Mulyani menyampaikan hasil audiensi dengan dinas terkait dan mendapatkan respon cepat dari dinas tersebut.

“Terkait SD kemarin sudah direspon oleh Dinas Pendidikan, dan rencananya nanti akan dicek lokasi. Mudah-mudahan kalau sudah ada cek lokasi, bisa dipercepat proses relokasinya,” ujarnya.
Di penghujung acara, Pemerintah Desa, BUMDes dan juga perwakilan dari masing-masing komunitas binaan menandatangani nota kesepahaman dan komitmen bersama terkait usulan rekomendasi yang telah disampaikan. Harapannya usulan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembangunan desa tanggap bencana dan pemulihan ekonomi pasca tsunami.
Adapun point-point usulan rekomendasi yang disampaikan, sebagai berikut:
- Kami, pemerintah desa Sumberjaya, BUMDes dan Komunitas berkomitmen untuk menjalin kerjasama dalam pengembangan usaha mikro dalam rangka pemulihan perekonomian pasca tsunami Selat Sunda.
- Turut melibatkan komunitas dalam hal pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sumberjaya demi keberlanjutan usaha.
- Pemerintah desa Sumberjaya berkomitmen untuk mengupayakan usulan dan rekomendasi komunitas dalam hal kesiapsiagaan dan mitigasi bencana berupa, pengadaan rambu bencana dan jalur evakuasi yang memadai serta usulan terkait relokasi SD Negeri Sumberjaya 1.
- Berkomitmen untuk melibatkan komunitas dalam setiap kegiatan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana di desa Sumberjaya.